Wolfgang Amadeus Mozart, Joseph Haydn, Gustav
Mahler….
Siapa yang tak pernah mendengar nama-nama
tersebut?
Nama-nama yang memiliki pengaruh besar
akan musik di dunia. Para komposer musik klasik besar dunia tersebut memiliki
satu kesamaan, yaitu sama-sama berkebangsaan Austria.
Seperti contoh dari nama-nama besar
tersebut, Austria pun memiliki sejarah panjang akan dunia musik, opera maupun
orkestra.
Saya dan Cici di depan Banner Austria |
Dunia opera contohnya, salah satu karya
legendaris dari Negara Austria adalah “Die Fledermaus” (Sang Kelelawar)! Sebuah
opera yang diciptakan oleh Johan Strauss II, Bapak Tarian Waltz di Austria dan
naskah ditulis oleh Karh Haffner dan Richard Genee.
Die Fledermaus pertama kali
ditampilkan pada 5 April 1874 di Theater an der Wien
di Wina. Setelah itu Die Fledermaus
mendapatkan apresiasi yang besar dan di tahun yang sama, Komposer besar Rudolf
Bial (de) membawa cerita ini sampai ke panggung Stadt di New York. Kemudian,
cerita ini mulai ditampilkan dan digubah ke dalam banyak cerita di berbagai
negara. Hingga akhirnya pada tahun 2015, sang komposer Rudolf Bial membawa
cerita ini ke Jepang dan meramaikan panggung teater terbuka, Kawaguchiko
Stellar Theater, di Yamanashi!
Ketika saya dan beberapa kawan saya masuk
ke dalam panggung, kelompok orkestra sudah siap memainkan alat musiknya di
bawah panggung teater. Kemudian, MC acara pun berkata “Para hadirin yang terhormat, marilah kita
sambut Rudolf Bial”. Pengunjung mulai bertepuk tangan dengan
meriah dan Rudolf Bial pun mulai memimpin orkestra tersebut. Hingga beberapa
menit kemudian, di atas panggung teater tsb, muncullah tokoh-tokoh yang ada di
dalam cerita Die Fledermaus.
Panggung Kawaguchiko Stellar Theatre |
Alur dan latar cerita ini dibagi
ke dalam tiga bagian. Bagian pertama di apartemen ketika para tokoh utama
bertemu, bagian kedua di pesta topeng, dan bagian terakhir di penjara. Klimaksnya terletak pada pesta
topeng yang megah yang diselenggarakan oleh Pangeran Rusia, yang mempersatukan
para tokoh utama dalam samaran mereka. Setiap alur dan latar tersebut memiliki
konflik dan humor tersendiri yang menunjukan perasaan asli manusia yang
merepresentasikan pandangan realitas manusia akan dunia urban.
Di panggung terbuka Kawaguchiko ini, saya dapat
merasakan nuansa Eropa dan saya seperti melakukan perjalanan ke Austria berkat
cerita dan suasana yang ditimbulkan dari panggung. Meskipun cerita tetap dijalankan dalam
Bahasa Jerman, terdapat subtitle dalam bahasa Jepang pada sisi panggung yang
memudahkan para pengunjung untuk mengerti alur cerita tsb.
Suasana sekitar panggung selesai pementasan |
Penampilan kali ini dibawakan oleh sebuah
kelompok Opera dari Austria Mörbisch
Lake. Kemudian pada klimaks alur, sekelompok balet terkenal dari Grup Kiyosato
Ballet pun ikut meramaikan panggung kali ini, dan dalam beberapa adegan para
tokoh utama pun memasukan bahasa Jepang pada dialog yang mereka lontarkan
sehingga memunculkan gema tawa dari para penonton.
Ini bukan
kali pertama saya menonton opera, tetapi kali pertama saya untuk menikmati
cerita dalam bahasa Jerman yang dibawakan kelompok Austria. Ini salah satu
momen unik dimata saya, karena saya dapat mempelajari budaya Eropa pada
panggung Jepang. Dua tempat yang memiliki latar belakang budaya yang sungguh
bertolak belakang. Tetapi dengan seni, perbedaan tersebut
menjadi lebih jelas dan mudah untuk dinikmati maupun dipahami.
No comments:
Post a Comment