Membuat Kesemek Kering (Korogaki)

oleh F. Agustimahir

Salah satu sisi Kanzou Yashiki yang sudah dipenuhi (calon) kesemek kering.

Asosiasi Pariwisata Kota Koshuu menyelenggarakan acara membuat kesemek kering (korogaki) bersama setiap tahunnya. 

Kegiatan ini diselenggarakan di Kanzou Yashiki, sebuah bangunan cagar budaya yang dulunya digunakan sebagai tempat budidaya dan pengolah tanaman obat kanzou (licorice). 

Sudah dari tahun lalu saya ingin mengikuti kegiatan ini, namun saat itu sudah penuh. Maklum, hanya dibuka untuk 20 orang, dan gratis. Sedangkan di pasaran harga korogaki bisa mencapai ±¥3.000 dengan isi sekitar 12-16 buah. Jadi siapa cepat dia dapat. 

Nantinya korogaki yang sudah jadi akan dikirim langsung ke alamat masing-masing. 

Kesemek yang masih di pohon.

Sejauh yang saya tahu, kesemek di sini terbagi menjadi dua jenis, jenis yang manis, dan jenis yang sepat pahit. Di pasaran, kita bisa membedakan dengan melihat bentuknya. Yang manis bulat pipih, hampir kotak bentuknya. Yang sepat dan pahit buahnya lebih besar dan bulat lonjong. 

Untuk jenis yang kedua biasanya dijual dengan sisa tangkai pada buahnya. Tujuannya untuk memasang tali saat dikeringkan. 

Kembali ke Kanzou Yashiki. Bangunan cagar budaya ini terletak tepat di sebelah utara stasiun Enzan. Saat saya tiba di sana, sudah banyak peserta lain yang berkumpul. Beberapa di antaranya adalah peserta yang rutin mengikuti kegiatan ini setiap tahunnya. 


Para peserta yang sudah siap.

Sebelum memulai, saya diminta untuk mengenakan celemek dan sarung tangan plastik terlebih dahulu. Jika baju kita terkena noda/getah dari kesemek, susah untuk hilang. 

Kegiatan kali ini dibagi menjadi 4 sesi. Pertama, mengupas buah kesemek. Kedua, menalikan buah kesemek. Ketiga, fumigasi dengan belerang. Keempat, menggantungkan buah kesemek. 

Diluar dari apa yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata membuat kesemek kering itu mudah. Hanya tinggal memotong sedikit bagian atas buah yang ada tangkainya, supaya lebih mudah ditali, dan mengupas kulitnya. 

Saya sedang mengupas kesemek. 

Setelah semua buah kesemek selesai dikupas, kami beristirahat sejenak sebelum masuk ke sesi berikutnya. 

Pihak penyelenggara sudah menyediakan benang kasur yang sudah diikat berbentuk gelang, yang nantinya digunakan untuk menalikan dua buah kesemek di kedua ujungnya. 

Setelah semuanya ditalikan, buah kesemek dikumpulkan untuk di-fumigasi dengan asap belerang. Tujuannya untuk menghilangkan kuman dan membunuh serangga. Penyelenggara menggunakan belerang karena banyaknya jumlah kesemek yang dibuat. Kurang lebih ada 1000 buah. 

Kumpulan kesemek yang sudah ditalikan, siap untuk di-fumigasi.

Membakar belerang untuk dimasukkan ke bawah terpal biru. 

Jika membuat di rumah sendiri, langkah tersebut bisa diganti dengan menyiramkan air panas sebelum kesemek digantung. 

Memasuki tahap terakhir, kami tinggal menggantungkan kesemek-kesemek tersebut di batangan bambu yang telah disediakan dan tempat-tempat lain yang telah ditentukan. Sebagai catatan, saat digantungkan tidak boleh bersentuhan satu sama lain. 


Kesemek yang sudah siap digantung.

Menggantungkan kesemek di lantai dua.

Kesemek-kesemek ini akan dikeringkan selama kurang lebih satu bulan. Sebisa mungkin dijaga supaya tidak terkena air, karena  bisa menimbulkan jamur. Selain itu dalam prosesnya, masing-masing buah ini nantinya akan diremas-remas secara berkala untuk mempercepat hancurnya zat tanin. 

Ya, tanin inilah yang menyebabkan rasa sepat dan pahit pada buah kesemek. 

Kesemek kering sebetulnya bukan hanya budaya yang ada di Jepang, melainkan di negara Asia timur lainnya seperti Cina dan Korea. Kesemek ini sendiri asalnya dari Cina.

Ini adalah salah satu kearifan lokal untuk mengawetkan bahan makanan dalam waktu lama untuk menghadapi musim dingin. Zaman dahulu kan distribusi barang tidak semudah saat ini. 

Untuk membuat kesemek kering, dibutuhkan cuaca dingin. Ada dua tujuan yang menyebabkan hal tersebut, yaitu untuk mencegah aktivitas bakteri, dan satu lagi untuk membuat kadar airnya berkurang lebih cepat. 

Itulah alasan mengapa kesemek kering mulai dibuat di penghujung musim gugur dan biasa dikonsumsi di pertengahan musim dingin.


(Calon) kesemek kering.

Seiring dengan perkembangan zaman, semakin jarang warga Jepang yang membuat kesemek kering di rumahnya. Mungkin karena dengan membeli hasil jadinya dirasa lebih praktis. 

Hm, kegiatan ini hari ini menjadi pengalaman dan ilmu yang menarik bagi saya. Membuka wawasan bahwa kita perlu melestarikan kearifan lokal masing-masing. 

Waktunya pulang pun tiba, setiap peserta diberi lagi satu kantung buah kesemek untuk dibuat menjadi kesemek kering di rumah masing-masing. Nanti saya juga mau buat dan digantung di beranda rumah. 

7 comments:

  1. Wow amazing ya, semoga terus dijaga produksinya supaya banyak yang merasakan manfaat dari buah kesemek

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih ya. Kegiatan ini masih diadakan tiap tahunnya lho. Semoga saja bisa terus berlangsung. :D

      Delete
  2. Kira2 klo dibuat di indonesia bs jd gak ya?dsini skrg musim kesemek jg,dan dsini biasanya terjual segar ud dibedak i dg kapur.apa perlu kapurnya dibersihkan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fungsi Kapurnya buat apa ya?

      Delete
    2. Untuk di Indonesia, bisa atau tidaknya kami pun tidak bisa menjawab.

      Hanya saja, sependek pengetahuan kami, kapur di Indonesia itu digunakan saat pemeraman supaya buahnya masak. Kalau tidak salah, kulit buah kesemek di Indonesia tetap berwarna hijau saat dipanen, yang (mungkin) artinya belum masak. Sedangkan di sini, hanya dipanen ketika sudah berubah warna dari hijau menjadi jingga.

      Sebagaimana yang sudah disampaikan pada artikel, kesemek di Jepang hanya berbuah setahun sekali, saat musim gugur dimana suhu sudah mulai turun mendekati ke musim dingin. Serangga pun sudah mulai masuk masa hibernasi.

      Jika ingin mencoba di Indonesia, perlu hati-hati supaya hasilnya bisa kering dengan baik karena ada peluang busuk oleh jamur, atau dihinggapi serangga.

      Nanti beritahu kami ya hasilnya. :D

      Delete
  3. Benar sekali itu. Saya sudah pernah mencoba di Indonesia. Banyak buah yg rusak sebelum menjadi kering.

    btw terimakasih atas jnfonya bro. Saya akan mencoba lagi dengan perlakuan fumigasi belerang seperti bro ceritakan itu. Kemaren cara saya hanya dikupas, dicuci lalundejemur.

    ReplyDelete

Instagram