Bermalam di Minobu


Oleh F. Agustimahir
artikel ini telah diunggah di situs Yamanashi-kankou




Minobu, daerah yang terletak di bagian selatan prefektur Yamanashi ini terkenal dengan kuil Kuonji, kuil pusat bagi penganut Buddha aliran Nichiren.

Banyak para penganut Buddha Nichiren dari seluruh penjuru negeri yang datang dan berziarah ke kuil Kuonji.  Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan penginapan di sekitar kuil.

Dulunya penginapan-penginapan tersebut hanya ditujukan bagi para peziarah, namun saat ini siapa pun boleh menginap.

Kali ini kami akan menceritakan tentang kegiatan-kegiatan yang kami lakukan saat bermalam di Minobu.

Akses




Pertama-tama, ada beberapa cara untuk mencapai Minobu. Kami sendiri memilih untuk menggunakan kereta JR jalur Minobu dari stasiun Kofu menuju stasiun Minobu. Waktu tempuh sekitar 1,5 jam dan biayanya 840 yen.



Dari stasiun Minobu, kami melanjutkan perjalanan dengan bis kota menuju halte Minobusan. Hanya 290 yen untuk 15 menit perjalanan.



Setibanya di sana, kami menikmati suasana jalan dan berfoto sejenak. Rasanya waktu terhenti di jalanan ini. Suasananya nampak begitu retro.




Kuil Kuonji



Setelah melewati jalanan yang dipenuhi oleh toko dan penginapan, kita akan menemukan gerbang sanmon. Konon, gerbang sanmon ini adalah satu di antara tiga gerbang kuil terbesar di Jepang.



Yang lebih menantang dan melelahkan tentunya, ada di balik gerbang ini. Yaitu 287 anak tangga curam yang dikenal dengan nama 'Bodaitei'.



Kuil Kuonji terletak di ujung anak tinggi ini. Repot ya untuk mencapainya? Tenang, bagi yang tidak sanggup mendaki tangga ini, tersedia jalur yang lebih landai untuk didaki di sekeliling tangga, serta 'lift miring' dari parkiran mobil yang menuju halaman utama kuil.



Kami pun berkeliling sejenak di sekitar kuil ambil beristirahat menunggu makan siang. Tidak terlalu banyak yang kami kunjungi karena besok pagi kami akan menyaksikan doa pagi dan ikut yoga juga.





Untuk makan siang, kami mencoba kedai yang ada di jalanan di sekitar gerbang Sanmon. Saya memesan udon shiitake, kue manju, dan es krim.




Kereta Gantung Minobu

Puas beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan ke stasiun kereta gantung. Sejauh ini, kereta gantung Minobu adalah kereta gantung kesukaan saya. Penumpangnya tidak terlalu padat, dan lama perjalanan hampir 7 menit! Puas menikmati indahnya pemandangan!





Saat tiba di stasiun kereta gantung Okunoin, cuaca agak berkabut. Kami pun agak kedinginan meski saat itu sedang musim panas. Konon katanya bukit ini adalah bukit dimana pendiri aliran Nichiren mendoakan kedua orangtuanya sambil menghadap ke tanah kelahirannya. Sang pendiri pun membuat kuil dan menanam pohon untuk kedua orang tuanya di sini.



Suasana di sini begitu asri, sangat cocok untuk menenangkan hati. Jika hari sedang cerah, kita bisa melihat gunung Fuji dan samudera pasifik.




Tiket kereta gantung bisa dibeli dengan harga 1.400 yen untuk perjalanan pergi-pulang. Beli tiket satu arah pun boleh, nanti tinggal pilih hiking di awal atau di akhir.


  
Penginapan Kishinobou



Berhubung penginapan ini pada awalnya ditujukan bagi para peziarah , penginapan ini hanya dirancang untuk beristirahat dan bukan untuk berekreasi maka fasilitas yang disediakan pun ala kadarnya.




Cukup dengan kamar yang bisa diisi hingga 4 orang, futon, pemandian umum, dan keperluan dasar lainnya.



Makanan yang disediakan di sini pada dasasrnya adalah makanan yang biasa dimakan oleh para biksu/biksuni. Yang pada dasarnya hanya sayuran dan/atau ikan (tergantung aliran yang dianut). Sehingga hampir semua aman dikonsumsi oleh muslim. Saya hanya perlu memastikan ada tidaknya masakan yang menggunakan bumbu beralkohol.



Rasanya tidak perlu diragukan, benar-benar lezat!

Doa Pagi dan Yoga di Kuil



Keesokan harinya, kami mengawali hari dengan melihat doa pagi yang dipanjatkan oleh para biksu kuil Kuonji. Pengunjung bebas memilih untuk ikut atau tidak dalam prosesi doa.



Banyak para pengunjung yang ternyata merupakan perwakilan dari kuil-kuil Buddha Nichiren dari berbagai daerah di Jepang. Mereka pun mengikuti proses doa secara utuh. Suasanya begitu khidmat.

Selesai prosesi doa selesai, para biksu pindah ke ruangan kuil yang lain dan ruangan utama kuil ini dijadikan tempat berlatih yoga.
  



Kami pun tanpa ragu mengikuti latihan ini. Pelatih mengajarkan para peserta dengan telaten. Bagi saya, bagian yang tersulit adalah mengatur pernapasan. Meski demikian semuanya menyenangkan.



  
Nah itu semua yang bisa kami sampaikan kali ini. Bagaimana, tertarik untuk mencoba kegiatan yang sama?

No comments:

Post a Comment

Instagram