Oleh F. Agustimahir
artikel ini telah diunggah di situs Yamanashi-kankou
Setiap kepercayaan memiliki caranya
masing-masing untuk beribadah. Ada yang melakukannya secara rutin setiap hari,
ada yang setiap minggu, ada yang tidak menentukan waktunya. Semuanya benar
dalam setiap kepercayaannya.
Di Jepang, ada yang disebut dengan ‘滝行(takigyou)’ atau bertapa di air terjun bagi beberapa aliran Buddha
ataupun Shinto sebagai salah satu tata cara dalam beribadah atau untuk
mempertebal keyakinan. Tempatnya pun tersebar di beberapa daerah. Salah satu
diantaranya adalah Otaki Bentendo di kota Hayakawa prefektur Yamanashi.
Otaki Bentendo sendiri adalah kuil yang
didirikan di dekat air terjun ‘雄瀧(otaki)’. Jika diterjemahkan ‘雄瀧(otaki)’ adalah ‘air
terjun lelaki’. Kuil ini merupakan bagian dari kuil Buddha aliran Nichiren di
Minobu. Biasanya para peziarah yang ziarah ke gunung Shichimen akan bertapa di
sini untuk membersihkan diri.
Saat kami berkunjung ke kota Hayakawa
minggu lalu, kami pun menyempatkan diri untuk berkunjung ke sini. Air terjunnya
besar dan bersih. Airnya dingin. Terbayang rasanya jika harus bertapa di sana
saat musim dingin.
Beberapa kawan pun memberanikan diri untuk
mencoba takigyou. Sebagai salah satu syarat, mereka harus mengganti baju ke baju
putih yang telah disediakan. Disarankan bagi yang pria untuk mengenakan cawat
saja. Namun saat itu kawan-kawan lebih memilih untuk mengenakan cawat dan juga
baju.
Syarat yang lain adalah tidak bermain air
saat memasuki air terjun. Bagaimanapun juga ini adalah salah satu tempat
beribadah, maka para pengunjung harus menghormatinya.
Menurut biksu yang bertugas saat saya
berkunjung ke sana, dalam aliran Buddha Nichiren, manusia lahir membawa dosa
atas dirinya dan juga dosa atas leluhurnya. Takigyou dipercaya meluruhkan dosa
yang dimiliki tersebut. Masih dari biksu tadi, ada beberapa peziarah yang hanya
datang bertapa sekali saja, ada juga yang rutin bertapa dengan jadwalnya
masing-masing.
Sebelum memasuki air terjun, sang biksu
memberikan beberapa arahan. Pertama, memberikan penghormatan ke altar dan
patung Buddha di tepi air terjun. Kedua membacakan doa saat mulai memasuki air
hingga saat bertapa di air terjun selesai.
Tanpa ragu, sang biksu pun memulai
ritualnya. Beliau membacakan doa dengan suara yang lantang. Mungkin hanya
sekitar satu menit beliau bertapa di sana. Beliau menjelaskan bahwa tidak ada
batasan atau ketentuan waktu tentang lama bertapa. Semua dikembalikan ke diri
masing-masing.
Selanjutnya saat kawan-kawan saya bergantian
untuk meniru ritual tersebut, tidak ada yang sanggup untuk bertahan selama satu
menit saat percobaan pertama. Mereka bilang airnya sangat dingin dan terjangan
air terjunnya begitu keras. Mungkin itulah alasan kenapa air terjun ini disebut
air terjun lelaki. Meski demikian, mereka mencoba untuk memusatkan konsentrasi
dan bertapa beberapa kali.
Selesai bertapa, mereka semua bilang sangat
puas dengan pengalaman bentendo ini dan merasa sangat segar setelahnya. Bahkan
salah satu kawan saya berkata bahwa ia ingin kembali lagi untuk takigyou
segera.
Otaki Bentendo terbuka bagi siapapun yang
ingin melakukan takigyou ataupun hanya sekedar menikmati keindahan alamnya. Tidak
dipungut biaya untuk takigyou, namun dipersilahkan jika ingin menyumbang untuk
kuil.
Untuk menuju tempat
ini kita bisa menggunakan bis dari stasiun Minobu hingga halte Akazawa
Iriguchi. Dari sana bisa dilanjut dengan taksi ataupun jalan kaki ke Shiraito
no Taki dan melanjutkan perjalanan ke Otaki Bentendo.
No comments:
Post a Comment